Bulan Sya’ban secara urutan bulan hijriah jatuh sebelum bulan Ramadhan. Dalam riwayat Imam Bukhari, Aisyah ra. menceritakan, bahwa Rasulullah saw. selalu memperbanyak puasa di bulan Sya’ban? Bahkan dalam riwayat lain dikatakan bahwa tidak ada bulan melebihi bulan Sya’ban di dalamnya Rasulullah saw. berpuasa. Dalam hadits lain disebutkan bahwa Nabi saw. berpuasa mayoritas hari-hari bulan Sya’ban. Mengapa? Ada beberapa rahasia di antaranya: Pertama, puasa adalah kebutuhan fitrah manusia. Karena itu Allah mewajibkan hamba-hamba-Nya berpuasa. Dalam surah Al Baqarah 183 Allah swt. menyebutkan bahwa puasa tidak hanya diwajibkan kepada umat manusia tertentu tetapi juga kepada umat manusia terdahulu. Ini menunjukkan bahwa puasa merupakan ibadah yang tidak bisa tidak harus dilakukan. Ilmu kedokteran modern membuktikan bahwa dengan puasa pencernaan seseorang akan istirahat dari rasa lelah yang sekian lama terus menerus digunakan untuk mengolah makanan. Maka semakin sering seseorang berpuasa ia akan semakin sehat. Sebab kemungkinan timbulnya penyakit yang seringkali disebabkan oleh makanan akan tercegah secara otomatis ketika ia berpuasa. Kedua, bulan Ramadhan adalah bulan diwajibkannya puasa bagi orang-orang beriman. Jadi pengertian ayat:kutiba alaikumush shiyaam itu maksudnya untuk bulan Ramadhan. Karena itu dalam sebuah hadits Nabi menegaskan bahwa di bulan Ramadhan diwajibkan atas orang-orang beriman berpuasa. Adalah suatu persiapan yang sangat strategis ketika Rasulullah selalu memperbanyak puasa di bulan Sya’ban. Ibarat sebuah turnamen, bulan Ramadhan adalah ajang perlombaan beramal saleh, cerminan ayat: “fastabiqul khairaat (berlomba-lombalah dalam kebaikan)” Al Baqarah:148. Karena itu sebelum masuk Ramadhan hendaklah melakukan persiapan-persiapan terlebih dahulu dengan memperbanyak puasa di bulan Sya’ban. Kita semua tahu bahwa para peserta turnamen pasti melakukan persiapan sebulan dua bulan sebelumnya. Itulah rahasia mengapa Rasulullah saw. memperbanyak puasa di bulan Sya’ban. Agar tidak loyo selama bulan Ramadhan. Agar lebih maksimal melaksanakan ibadah-ibadah Ramadhan yang semuanya saling melengkapi untuk mengantarkan kepada ketakwaan. Ketiga, ibadah puasa adalah ibadah menahan nafsu. Suatu perjuangan yang senantiasa harus dilakukan oleh orang-orang beriman. Dalam surah An Nazi’at:40 Allah swt. menjelaskan bahwa jalan ke surga adalah dengan upaya terus-menerus membangun rasa takut kepada Allah dan menahan nafsu. Mengapa? Sebab Setan berkerja terus menerus, siang dan malam untuk menjerumuskan manusia ke dalam dosa-dosa. Kerja keras setan ini tidak bisa tidak menuntut kita untuk bekerja keras juga guna mengimbanginya. Orang yang beriman kepada Allah dan hari Kiamat, tentu akan selalu waspada dari godaan setan. Caranya dengan banyak berpuasa. Semakin sering berpuasa, semakin sempit jalan-jalan setan untuk menggoda. Sebab dalam sebuah riwayat dikatakan bahwa setan seringkali masuk melalui makanan. Maka semakin banyak makan, semakin mudah digoda setan. Karenanya orang yang kekenyangan akan selalu malas beribadah. Keempat, Rasulullah saw. adalah contoh pribadi berakhlak mulia. Allah berfirman: “Wainnaka la’alaa khuluqin adhiim (Dan sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar mempunyai akhlaq yang agung)” Al Qalam:4. Maka setiap yang dicontohkan Rasulullah saw. pasti baik untuk kemanusiaan di dunia maupun di akhirat. Tidak ada perbuatan yang dilakukan Rasulullah saw. kecuali membawa manfaat bagi kehiduapan manusia jika diikuti. Dan bila kita teliti secara seksama, menejemen modern yang mengantarkan munculnya negara-negara maju dan perusahaan-perusahaan bisnis kelas dunia, di dalamnya akan kita temukan nilai-nilai universal yang pada dasarnya itu adalah bagian dari ajaran Islam yang dibawa Rasulullah saw. Maka dengan memperbanyak puasa di bulan Sya’ban, itu sungguh sangat baik dan bermanfaat, tidak saja di dunia tetapi juga di akhirat. Kelima, adapun mengenai amalan di pertengahan bulan Sya’ban (nisfu Sya’ban), sekalipun ada sebagian hadits yang dianggap hasan oleh para ulama hadits, tetapi terpenting sebenarnya adalah memperbanyak puasa selama bulan Sya’ban, bukan mengkhususkannya pada pertengahan saja. Imam An Nasa’i meriwayatkan sebuah hadits dari Usamah bin Zaid tentang rahasia memperbanyak puasa di bulan Sya’ban, Nabi bersabda: “Bulan Sya’ban adalah bulan yang sering dilalaikan oleh banyak orang, karena itu terjepit antara Rajab dan Ramadhan. Padahal ia adalah bulan di angkatnya amal manusia, maka aku suka ketika amalku diangkat aku sedang berpuasa.” Wallahu a’lam bish shawab. Sumber: http://kmitw.org (Keluarga Muslim Indonesia di Taiwan)
Dari Ketiadaanku, kini kuhadir untuk menjalani keberadaan yang menuntun pada ketiadaan yang membuatku "Mulia" pada keberadaanku yang hakiki
Selasa, 28 Juli 2009
Bulan Sya'ban
Kamis, 16 Juli 2009
Kisah Seekor Kupu-kupu
Seseorang menemukan kepompong seekor kupu-kupu. Suatu hari lubang kecil muncul. Dia duduk mengamati dalam beberapa jam, calon kupu-kupu itu ketika dia berjuang dengan memaksa dirinya melewati lubang kecil itu. Kemudian kupu-kupu itu berhenti membuat kemajuan.Kelihatanya dia telah berusaha semampunya dan dia tidak tidak bisa lebih jauh lagi.
Akhirnya orang tersebut memutuskan untuk membantunya. Dia mengambil sebuah gunting dan memotong sisa kekangan dari kepompong tersebut. Kupu-kupu tersebut keluar dengan mudahnya. Namun, dia mempunyai tubuh gembung dan kecil, sayap-sayapnya mengkerut. Orang tersebut terus mengamatinya karena dia berharap bahwa, pada suatu saat sayap-sayap itu akan mekar dan melebar sehingga mampu menopang tubuhnya, yang mungkin akan berkembang seiring dengan berjalanya waktu. Semuanya tak pernah terjadi.
Kenyataanya, kupu-kupu itu menghabiskan sisa hidupnya dengan merangkak disekitarnya dengan tubuh gembung dan sayap-sayang mengkerut. Dia tak pernah bisa terbang.
Yang tidak dimengerti dari kebaikan dan ketergesaan orang tersebut adalaah kepompong yang menhambat dan perjuangan yang dibutuhkan kupu-kupu untuk melewati lubang kecil adalah jalan Tuhan untuk memaksa cairan dari tubuh kupu-kupu itu kedalam sayap-sayapnya sedemikian sehingga dia akan siap terbang begitu dia memperoleh kebebasan dari kepompong tersebut.
Kadang-kadang perjuangan adalah suatu yang kita perlukan dalam hidup kita. Jika Tuhan membiarkan kita hidup tanpa hambatan perjuangan, itu mungkin justru akan melumpuhkan kita.
Kita mungkin tidak akan pernah bisa “terbang”. Sesungguhnya Tuhan itu Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Kita memohon kekuatan dan Tuhan memberi kita kesulitan-kesulitan untuk membuat kita tegar.
Kita memohon kebijakan, dan Tuhan memberi kita berbagai persoalan hidup untuk diselesaikan agar kita bertambah bijaksana.
Kita memohon kemakmuran, dan Tuhan memberi kita otak dan tenaga untuk dipergunakan sepenuhnya dalam mencapai kemakmuran.
Kita memohon keteguhan hati, dan Tuhan memberi bencanadan bahaya untuk diatasi.
Kita memohon cinta, dan Tuhan memberi kita orang-orang yang bermasalah untuk diselamatkan dan dicintai.
Kita memohon kemurahan dan kebaikan hati, dan Tuhan memberi kita kesempatan-kesempatan yang silih berganti.
Begitulah cara Tuhan membimbing kita …….
Apakah jika kita tidak memperoleh yang kita inginkan, berarti bahwa kita tidak mendapatkan segala yang kita butuhkan ?.
Kadang Tuhan tidak memberikan apa yang kita minta, tapi dengan pasti Tuhan memberikan yang terbaik untuk kita, kebannyakan kita tidak mengerti, mengenal bahkan tidak mau menerima rencana Tuhan, padahal itulah yang terbaik untuk kita.
Dari kisah tersebut diatas, kita bisa ambil hikmahnya. Sejauh manakah penilaian dan sangkaan buruk kita kepada Tuhan atas semua yang telah kita dapatkan selama ini. Kita harus bisa mencoba untuk mengerti rencana Tuhan atas diri kita. Tuhan Maha Tahu dan Maha Adil. Tuhan tidak akan menganiaya hambanya.
Selasa, 14 Juli 2009
Cinta Abu Bakar untuk Al-Musthafa
Ketika Rasulullah berada di hadapan,
Ku pandangi pesonanya dari kaki hingga ujung kepala
Tahukah kalian apa yang terjelma?
Cinta!
(Abu Bakar Shiddiq r.a)
Gua Tsur.
Wajah Abu Bakar pucat pasi. Langkah kaki para pemuda Quraisy tidak lagi terdengar samar. Tak terasa tubuhnya bergetar hebat, betapa tidak, dari celah gua ia mampu melihat para pemburu itu berada di atas kepalanya. Setengah berbisik berkatalah Abu Bakar.
“Wahai Rasul Allah, jika mereka melihat ke kaki-kaki mereka, sesungguhnya mereka pasti melihat kita berdua”. Rasulullah memandang Abu Bakar penuh makna. Ditepuknya punggung sahabat dekatnya ini pelan sambil berujar “Janganlah engkau kira, kita hanya berdua. Sesungguhnya kita bertiga, dan yang ketiga adalah Dia, yang menggenggam kekuasaan maha, Allah”.
Sejenak ketenangan menyapa Abu Bakar. Sama sekali ia tidak mengkhawatirkan keselamatannya. Kematian baginya bukan apa-apa, ia hanya lelaki biasa. Sedang, untuk lelaki tampan yang kini dekat di sampingnya, keselamatan di atas mati dan hidupnya. Bagaimana semesta jadinya tanpa penerang. Bagaimana Madinah jika harus kehilangan purnama. Bagaimana dunia tanpa benderang penyampai wahyu. Sungguh, ia tak gentar dengan tajam mata pedang para pemuda Quraisy, yang akan merobek lambung serta menumpahkan darahnya. Sungguh, ia tidak khawatir runcing anak panah yang akan menghunjam setiap jengkal tubuhnya. Ia hanya takut, Muhammad, ya Muhammad.. mereka membunuh Muhammad.
***
Berdua mereka berhadapan, dan mereka sepakat untuk bergantian berjaga. Dan keakraban mempesona itu bukan sebuah kebohongan. Abu Bakar memandang wajah syahdu di depannya dalam hening. Setiap guratan di wajah indah itu ia perhatikan seksama. Aduhai betapa ia mencintai putra Abdullah. Kelelahan yang mendera setelah berperjalanan jauh, seketika seperti ditelan kegelapan gua. Wajah di depannya yang saat itu berada nyata, meleburkan penat yang ia rasa. Hanya ada satu nama yang berdebur dalam dadanya. Cinta.
Sejeda kemudian, Muhammad melabuhkan kepalanya di pangkuan Abu Bakar. Dan seperti anak kecil, Abu Bakar berenang dalam samudera kegembiraan yang sempurna. Tak ada yang dapat memesonakannya selama hidup kecuali saat kepala Nabi yang ummi berbantalkan kedua pahanya. Mata Rasulullah terpejam. Dengan hati-hati, seperti seorang ibu, telapak tangan Abu Bakar, mengusap peluh di kening Rasulullah. Masih dalam senyap, Abu Bakar terus terpesona dengan sosok cinta yang tengah beristirahat diam di pangkuannya. Sebuah asa mengalun dalam hatinya “Allah, betapa ingin hamba menikmati ini selamanya”.
Nafas harum itu terhembus satu-satu, menyapa wajah Abu Bakar yang sangat dekat. Abu Bakar tersenyum, sepenuh kalbu ia menatapnya lagi. Tak jenuh, tak bosan. Dan seketika wajahnya muram. Ia teringat perlakuan orang-orang Quraisy yang memburu Purnama Madinah seperti memburu hewan buruan. Bagaimana mungkin mereka begitu keji mengganggu cucu Abdul Muthalib, yang begitu santun dan amanah. Mendung di wajah Abu bakar belum juga surut. Sebuah kuntum azzam memekar di kedalaman hatinya, begitu semerbak. “Selama hayat berada dalam raga, aku Abu Bakar, akan selalu berada di sampingmu, untuk membelamu dan tak akan membiarkan sesiapapun menganggumu”.
Sunyi tetap terasa. Gua itu begitu dingin dan remang-remang. Abu Bakar menyandarkan punggung di dinding gua. Rasulullah, masih saja mengalun dalam istirahatnya. Dan tiba-tiba saja, seekor ular mendesis-desis perlahan mendatangi kaki Abu Bakar yang terlentang. Abu Bakar menatapnya waspada, ingin sekali ia menarik kedua kakinya untuk menjauh dari hewan berbisa ini. Namun, keinginan itu dienyahkannya dari benak, tak ingin ia mengganggu tidur nyaman Rasulullah. Bagaimana mungkin, ia tega membangunkan kekasih itu.
Abu Bakar meringis, ketika ular itu menggigit pergelangan kakinya, tapi kakinya tetap saja tak bergerak sedikitpun. Dan ular itu pergi setelah beberapa lama. Dalam hening, sekujur tubuhnya terasa panas. Bisa ular segera menjalar cepat. Abu Bakar menangis diam-diam. Rasa sakit itu tak dapat ditahan lagi. Tanpa sengaja, air matanya menetes mengenai pipi Rasulullah yang tengah berbaring. Abu Bakar menghentikan tangisannya, kekhawatirannya terbukti, Rasulullah terjaga dan menatapnya penuh rasa ingin tahu.
“Wahai hamba Allah, apakah engkau menangis karena menyesal mengikuti perjalanan ini” suara Rasulullah memenuhi udara Gua.
“Tentu saja tidak, saya ridha dan ikhlas mengikutimu kemana pun” potong Abu Bakar masih dalam kesakitan.
“Lalu mengapakah, engkau meluruhkan air mata?”
“Seekor ular, baru saja menggigit saya, wahai putra Abdullah, dan bisanya menjalar begitu cepat”
Rasulullah menatap Abu Bakar penuh keheranan, tak seberapa lama bibir manisnya bergerak “Mengapa engkau tidak menghindarinya?”
“Saya khawatir membangunkan engkau dari lelap” jawab Abu Bakar sendu. Sebenarnya ia kini menyesal karena tidak dapat menahan air matanya hingga mengenai pipi Rasulullah dan membuatnya terjaga.
Saat itu air mata bukan milik Abu Bakar saja. Selanjutnya mata Al-Musthafa berkabut dan bening air mata tergenang di pelupuknya. Betapa indah sebuah ukhuwah.
“Sungguh bahagia, aku memiliki seorang seperti mu wahai putra Abu Quhafah. Sesungguhnya Allah sebaik-baik pemberi balasan”. Tanpa menunggu waktu, dengan penuh kasih sayang, Al-Musthafa meraih pergelangan kaki yang digigit ular. Dengan mengagungkan nama Allah pencipta semesta, Nabi mengusap bekas gigitan itu dengan ludahnya. Maha suci Allah, seketika rasa sakit itu tak lagi ada. Abu Bakar segera menarik kakinya karena malu. Nabi masih memandangnya sayang.
“Bagaimana mungkin, mereka para kafir tega menyakiti manusia indah seperti mu. Bagaimana mungkin?” nyaring hati Abu Bakar kemudian.
Gua Tsur kembali ditelan senyap. Kini giliran Abu Bakar yang beristirahat dan Rasulullah berjaga. Dan, Abu Bakar menggeleng kuat-kuat ketika Rasulullah menawarkan pangkuannya. Tak akan rela, dirinya membebani pangkuan penuh berkah itu.
***
Kita pasti tahu siapa Abu Bakar. Ia adalah lelaki pertama yang memeluk Islam dan juga salah satu sahabat terdekat Rasulullah. Dari lembar sejarah, kita kenang cinta Abu Bakar kepada Al-Musthafa menyemesta. Kisah tadi terjadi pada saat ia menemani Rasulullah berhijrah menuju Madinah dan harus menginap di Gua Tsur selama tiga malam. Menemani Nabi untuk berhijrah adalah perjalanan penuh rintang. Ia sungguh tahu akibat yang akan digenggamnya jika misi ini gagal. Namun karena cinta yang berkelindan di kedalaman hatinya begitu besar, Abu Bakar dengan sepenuh jiwa, raga dan harta, menemani sang Nabi pergi.
Dia terkenal karena teguh pendirian, berhati lembut, mempunyai iman yang kokoh dan bijaksana. Kekokohan imannya terlihat ketika Madinah kelabu karena satu kabar, Nabi yang Ummi telah kembali kepada Yang Maha Tinggi. Banyak manusia terlunta dan larut dalam lara yang sempurna. Bahkan Umar murka dan tidak mempercayai kenyataan yang ada. Saat itu Abu Bakar tampil mengingatkan seluruh sahabat dan menggaungkan satu khutbah yang mahsyur “Ketahuilah, siapa yang menyembah Muhammad, maka ia telah meninggal dunia. Dan sesiapa yang menyembah Allah, maka sesungguhnya Allah tidak mati”.
Kepergian sang tercinta, tidak menyurutkan keimanan dalam dadanya. Ketiadaan Rasulullah, jua tak memadamkan gebyar semangat untuk terus menegakkan pilar-pilar Islam yang telah dipancangkan. Pada saat menjabat khalifah pertama, ia dengan gigih memerangi mereka yang enggan berzakat. Tidak sampai di situ munculnya beberapa orang yang mengaku sebagi nabi, sang khalifah juga berlaku sama yaitu mengirimkan pasukan untuk mengajak mereka kembali kepada kebenaran. Sesungguhnya pribadi Abu Bakar adalah lemah lembut, namun ketika kemungkaran berada dihadapannya, ia berlaku sangat tegas dalam memberantasnya.
Abu Bakar wafat pada usia 63 tahun, pada saat perang atas bangsa Romawi di Yarmuk berkecamuk dengan kemenangan di tangan Muslim. Sebelum wafat, ia menetapkan Umar sebagai penggantinya. Jenazahnya dikebumikan di sebelah manusia yang paling dicintainya, yaitu makam Rasulullah. Hidup Abu Bakar berhenti sampai di
Sumber:
mahabbah12@yahoo.com
Senin, 13 Juli 2009
Peribadi Soleh-Solehah - Anda Mampu Milikinya!
Em... Zaman ini, zaman yang penuh dengan fitnah terhadap kita semua... maksiat
dan kerosakan sangat berleluasa... wanita dan lelaki kelihatan sama sahaja, tiada
jurang pembeza yang ketara lagi.
Pakaian? Em, kelihatan seakan-akan sama saja. Agama? Em, entah... macam
mereka dah tak peduli je... ada masa ke nak fikir pasal agama ni?
Em, kerana apa yer? Kerana lenyapnya peribadi soleh dan solehah agaknya...
Ku tinjau-tinjau,
Tak kira jantina, ada saja di mana-mana. Bersesak-sesak di pasar? Yup, ada... ramai
sangat... di pawagam? Yup, ramai juga... em, di tempat melepak dan restoran? Lagi
ramai! Laki dan wanita, campur aje... Em, di pesta buku pulak? Em, alhamdulillah
masih ramai (harap-harap tidak silap beli buku)... em, di masjid? ...sedih, tak ramai,
sikit sangat. Di kuliah-kuliah ilmu? Macam dah tak minat jer nak datang...
Ya Allah,
Sukarnya mencari wanita yang solehah...
Manakala bagi wanita, sukarnya mencari lelaki yang soleh...
Aii... iyeke?
Kesiannya anda sekalian... yang lelaki susah nak cari yang solehah...
Yang wanita pulak, susahnya nak mencari yang soleh!
Hehe... teringat cabaran sahabat-sahabiyah yang baru grad yang duk tengah sibuk
nak cari calon pasangan suami atau isteri...
Ke mana sang soleh-solehah menghilang yer?
Takkan pupus kot?
Takdelah... mana boleh pupus pulak...
Takkan pupus punya,
Hai sahabat, kalaulah anda yang jadi soleh, tak kan timbul lagi perkara ni... so,
senanglah si solehah nak cari anda... so, persoalannya andalah yang kena
mulakan... kena ada mahu... letakkan iltizam...
Then, muslimat... macam mana dengan anda? Takkan nak suruh lelaki je yang mula
dulu? Anda bagaimana? Bila nak mula? Tak adillah sebelah pihak jer...
Ingat... anda kena mula juga...
Anda perlu tahu, orang yang soleh akan mencari wanita yang solehah. Tak nak lah
wanita yang diluar standard solehah! Lelaki soleh... tentu mahu pasangannya wanita
solehah! Ha, barulah kena kan?
So, sebagai kesimpulan...
Anda-anda semualah yang kena mulakan...
So, jom berlumba-lumba jadi insan soleh-solehah... bukan kerana nak cari pasangan
yer? Tapi, mestilah kerana Allah... then, insyaAllah, tenang jiwa anda... damai...
Bersama redha Ilahi pastinya...
Insan soleh-solehah pun akan datang cari anda...
Emm.. jangan berlumba-lumba jadi mat rempit pulak yer... maklumlah, mat rempit
pun dah tukar profession... dah jadi penerjun di kutub utara tu! So, anda bila lagi?
Jom lah jadi insan soleh-solehah... insan yang mulia di sisi Allah mahupun manusia...
Ok?
Em, wahai insan yang bernama wanita... sahabat yang bergelar lelaki... jangan
buang masa... marilah kita check or semak semula, apa dia prinsip soleh-solehah tu
yer?
Ada ker dalam diri kita prinsip-prinsip tu? Ade ke personaliti soleh-solehah tu pada
kita?
Takkan sikit pun tak ada?
Sedihnya kalau tak ada... rugilah anda nanti...
Baik cepat-cepat setelkan! Jangan lambat...
Em... sebagai basic... mulakanlah dengan mengenali asas-asas Islam... iman mesti
mau dijaga. Lakukanlah solat dengan sempurna - cukup lima waktu, tonjolkan imejimej
insan yang Islami...
Di samping lakukan solat sempurna... tambahkanlah sedikit-demi-sedikit solat-solat
sunat...
Then, belajar-belajarlah praktikkan personaliti (adab-adab) insan soleh-solehah..
Em, mulakanlah dengan memakai pakaian yang sopan, bertingkah-laku dengan baik
dan jauhi perkara-perkara yang tidak berfaedah.
Yang solehah, tinggalkanlah pakaian-pakaian sempit tu! Belajar-belajarlah pakai
tudung. Cari baju yang labuh... Kasi tutup lebih rapat dan sempurna daripada biasa.
Jangan beri orang tengok percuma lagi. Barulah nampak yang diri anda tu mahal
dan bukan bahan lelongan free-show. Orang lelaki pasti rasa insaf dan tunduk malu
bila tengok anda nanti..
Em, seterusnya... perlu difahami, bahawa... semua tu perlukan bimbingan ilmu yang
jelas...
Jadi, jangan lupa selalu-selalukanlah hadir ke majlis-majlis dan kuliah-kuliah ilmu...
Amal tanpa ilmu, takut-takut tersesat pulak nanti... Niat di hati nak jadi baik, lain
pulak jadinya nanti...
Jadi... untuk menjadi insan soleh-solehah... anda perlukan ilmu...
Banyakkanlah membaca... di samping jangan lupa mendapatkan bimbingan...
supaya tak tersalah ilmu pulak karang!
Em... susah ke?
Senang je ni... basic semua ni...
InsyaALLAH... anda mampu lakukan... ingat! Anda perlu mulakan... jangan biarkan
golongan yang tidak soleh-solehah bertambah di luar sana. Sesak nafas kan kita
tengok!!!
Bukan kesan baik yang terhasil... bukan sahaja manusia yang susah...
Haiwan dan tumbuhan, malahan objek-objek tak bernyawa pun menerima
akibatnya...
Kalau perbuatan tu dah dilarang oleh agama, tak mungkinlah ia wajar lagi dipandang
baik, dan mustahillah kesannya akan baik dan disenangi...
Ayuh... tanamkan azam, tambahkan ilmu, tingkatkan amalan, tunjukkan personaliti
Islami... bergerak ke arah peribadi insan soleh-solehah...
Sesungguhnya semulia-mulia kamu di sisi Allah ialah orang Yang lebih taqwanya di
antara kamu, (bukan Yang lebih keturunan atau bangsanya). Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui, lagi Maha mendalam pengetahuannya (akan keadaan dan amalan
kamu). (al-Hujuraat: 13)
dikutip dari:
http://www.gecities.com/nawie83
http://an-nawawi.blogspot.com